14 Agustus 2011

(...Lanjutan) Gara-Gara Terlambat Wisuda


* Ok, kami akhirnya siap berangkat. Inilah hari yang kami tunggu-tunggu. Sebelumnya mungkin perlu saya sampaikan bahwa saya hanya pergi berdua, salah seorang teman jalan saya membatalakn diri,padahal akomodasi sudah dibayar.  Kami berdua berangkat sore hari dengan rute Makassar-Kuala Lumpur. Muka-muka cengengesan pun kami tebar. Maklum, mau LN (LN btulan lho, bukan istilah LNnya koas,hee..) namanya juga saya orang desa.
Kami dilepas oleh masing-masing pasangan (biar lebih semangat jalan-jalannya). Berat juga seh,,tapi demi hasrat hidup,ini harus kami lakukan. Perjalanan kami ini ditempuh sekitar 3 jam, sehingga kami tiba d LCCT (bandara khususnya Air Asia) sekitar jam 8 malam. Sesampainya di LCCT, kami makan terlebih dahulu di salah satu fast food  disana (M**ry Br**n). Kami menuju apartemen tempat kami tinggal menggunakan Bus seharga 30an ribu, sekitar 1 jam kami sampai di Sentral Kuala Lumpur. Dari sini kami memilih transportasi menuju kota yaitu MRT. Tidak lama kemudian, kami sampai dikawasan Ampang, tempat kami menginap. sekitar 30-45menit kami berputar mencari apartemen yg dimaksud.  Sampai kami terlihat mencurigakan (entah mirip teroris atau karena mirip TKI), dan securitynya yang sepertinya berkewarganegaraan Bangladesh menginterogasi kami. Haduh,,biar satpam juga pakai bahasa inggris. Setelah dipantul sana sini, akhirnya kami temukan gedung tempat kami menginap,. Kami menitip paspor, dan hanya menaruh tas di dalam kamar. Selanjutnya kami nongkrong di bawah Menara Petronas. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 12 malam. Jam setengah dua pun kami kembali ke kamar, dan kami pun tertidur pulas.
Tempat kami menginap @Bugis Street, Singapore


Keesokan harinya, kami mulai check out dan menuju terminal Puduraya menggunakan bus kota ber AC. Karcinya sekitar 3 ribu rupiah aja kok. Sesampainya kami di Puduraya, kami pun baru tahu ternyata saat itu terminal sedang direnovasi. Duh,,mulai tidak enak perasaanku. Kami memutuskan menenangkan diri dengan sarapan terlebih dahulu. Setelah sarapan, kami berputar, dan kami didatangi oleh agen bus(baca:calo). Selain menjual tiket, kami juga diberitahu kalau terminal sementara pindah ke Bukit Jalil (dekat stadion Bukit Jalil). Kami mendapat tiket Bus KL-Singapore sekitar 120ribu. Ternyata Busnya kereeeeeeen banget. satu deret cuman ada 3 kursi, itupun sekelas dengan bisnis kelasnya pesawat. Perjlanan ini kami susuri 6 jam, melewati hutan-hutan sawit yang sangat luas. Sesampainya diperbatasan, kami mendapat masalah. Imigrasi Singapore memisahkan kami dari antrian. Kami di interogasi beberapa kali oleh orang-orang yang berbeda dalam ruangan yang berbeda-beda pula. Kami dicurigai (terutama saya), karena kami mengatakan akan berlibur, tapi uang tunai yang saya bawa hanya sekitar SGD 50 (350rbuan rupiah). Tapi setelah menunjukkan bukti-bukti dan meyakinkan mereka (yang sekali lagi, kami sepertinya dicurigai TKI), kami pun di perbolehkan masuk ke Singapore.  Kami diinterogasi itu sekitar 1jam, alhasil ditinggal bus kami. Saya bingung, tapi berusaha tenang. Akhirnya setelah bertanya sana sini, kami mendapat info mengenai transportasi yang tepat. Kami naik bus menuju kawasan Bugis dengan karcis sekitar 10ribu rupiah. Tidak lama, kami pun sampai di daerah Bugis tepatnya di Cozy Corner guest  house. 3
Sekitar 3 hari kami di Singapore, suka dukanya di negara orang kami rasakan. Air mineral yang mahal, rokok yang mencekik (harganya,bukan asapnya), makan disana pakai nasi bungkus ikan seharga SGD 1 (7rbu). Kami satu kamar dengan 1 orang Indonesia yang berasal dari Bandung dan 3 orang lainnya dari Perancis.  Yang kami lakukan disana mengunjungi Universal Studio, Merlion, Little India, dsb.
Mahasiswa miskin bisa juga foto disini
Disana kami bertemu dengan tourist asal Makassar, yang mengomentari iklan di salah satu Taxi lokal diman memajang foto pejabat teras Sulsel. Yang jelas, WNI disana buanyyak banget. Oh iya, kami sempat lihat David Archuleta dari dekat lho! Pas dia lg ngadain kayak jumpa fans gitu. Tapi saya heran, kok sedikit banget ya penontonnya. Tidak  seperti di Indonesia, dangdutan aja tumpah-tumpah penontonnya.
Memang, lebih enak rumput halaman sendiri dari pada rumput tetangga. Itu yang kami rasakan saat di Singapore. 3 hari berlalu dengan sangat terasa, kami pun pulang ke Indonesia menggunakan Sriwijaya Air, menuju Jakarta. Dari Jakarta kami berpisah, saya kembali ke Mataram, dan travelmate saya tersebut kembali ke Makassar.
Demikian perjalanan ala tas punggung dari Donie si koas abal-abal, semoga bisa bermanfaat.
Salam petualang!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar