19 Agustus 2011

Bau-Bau, Kota Seribu Ojek


Akhir-akhir ini, mulai meningkat trend di kalangan anak muda, mengenai backpacking, alias keliling-keliling dengan modal tas punggung, dengan budget seefisien mungkin (sumber: admin koasabalabal). Dan kecenderungannya, spot yang dikunjungi biasanya adalah luar negeri, ntah Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, Macau, maupun Hong Kong. Negara-negara tersebut memang sering dikunjungi oleh para pengelana dari Indonesia karena selain tidak memerlukan visa atau setidaknya visa on arrival (VOA), harga tiketnya juga relative murah untuk ukuran perjalanan luar negeri.
Bagi saya, yang utama adalah kepuasan dan harga, entah mau di dalam negeri maupun di luar negeri yang penting memenuhi dua syarat itu, saya akan berusaha untuk mencapainya.
Sekitar akhir bulan Juli lalu, saya berencana main-main ke Bau-Bau. Saya merencanakan pergi kesana menggunakan kapal pelni. Tiket kami beli H-1, dengan harga Rp 146.000 one way (kayak naik pesawat aja bahasa saya,he…). Kapalnya kalau tidak salah bernama KM. Lambelu. Setahu saya, semua nama kapal pelni pasti sumbernya adalah nama gunung yang ada di Indonesia (cuman saya tidak tahu,ini gunung dimana ya?? mungkin juga  bukan nama gunung).
Keeseokan paginya, kami pun berangkat. Kami janjian untuk bertemu di pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar. Sialnya, paginya saya ketiduran dan bangun minus 30 menit sebelum keberangkatan, ditambah belum packing lagi. Tanpa pikir panjang, saya memasukkan baju dan celana yang ada didepan saya ke dalam carer, dan langsung berangkat tanpa mandi terlebih dahulu. Untung saja kapal tidak seperti pesawat untuk masalah ketepatan waktu, baik untuk waktu keberangkatan maupun waktu ketibaan. Kapal Motor lambelu pun berangkat siangnya,,pyuhhhhh……kami berlabuh bersama kembali.
Perjalanan laut ini kami tempuh dalam waktu sekitar 12 jam lamanya. Saya sangat menikmati perjalanan ini. Dahulu, sebelum saya naik pelni untuk pertama kali saya anti dengan kapal laut. Menurut saya, kapal laut merupakan perjalanan yang paling menjemukkan. Tapi, sekarang saya mulai menikmatinya.
Tiba di Bau-Bau sekitar pukul 02.00 dini hari dan menginap di rumah teman.  Yang saya lakukan pertama adalah mencari agen tiket pelni terdekat. Karena waktu yang saya miliki hanya tiga hari (1 hari untuk perjalanan pp, 1 hari di Bau-Bau,dan 1 harinya merupakan hari pertama dimana memang untuk persiapan keberangkatan). Saya membeli tiket yang berangkat malam hari dengan rute Bau-Bau ke Makassar. Sebenarnya ada dua kapal yang berangkat hari itu, yaitu pada sore harinya. Namun dari semua kerabat hingga penjual tiketnyab menyarankan mengambil kapal yang lebih malam (saya lupa nama kapalnya), karena lebih bagus dan lebih cepat.akhirnya saya membeli tiket yang berangkat pukul 7 malam. Jadi, waktu saya untuk menjelajahi Bau-Bau adalah sekitar 12 jam (dari pagi hingga malam hari). Saya merasa, cukup satu hari di Bau-Bau bisa menuntaskan rasa keingintahuan saya tentang kota ini.
Setelah mendapat tiket pelni, saya mulai petualangan di Kota Naga ini. Bermodal kaki yang imut-imut ini, saya menjelajahinya. Sebenarnya ada beberapa kerabat saya yang bertugas dib au-Bau, bahkan di pedalamannya pun ada. Akan tetapi saya menggunakan prinsip tidak mau merepotkan orang lain kecuali dipaksa (atau terdesak,he…). Alhasil, pencarian Kraton pun beratnya minta ampun. Kontur jalan di kota ini banyak pendakian, sehingga harus jalan eperti mendaki gunug. Saya sengaja tidak naik kendaraan, karena ingin melihat tiap jengkal kota ini, tanpa ada yang terlewatkan. Tujuan boleh satu, tapi yang saya dapat harus lebih dari satu. Mungkin karena alas an ini juga, saya jarang melewati suatu tempat, dengan jalan pergi dan pulang yang sama. Kecuali tingkat untuk nyasar dan kalau nyasar bisa membahayakan ketebalan dompet dan jiwa, yaaa pulang pun melewati rute yang sama. Kembali ke perjalanan ke Kraton, perjalanan ini begitu melelahkan bukan hanya karena jalannya mendaki, tapi saya mendaki di jalan yang salah, bahkan dua kali. Ditambah lagi teriknya matahari saat itu, untung saja bukan saat bulan puasa.  
Sesampainya di “puncak” alias Kraton, ternyata keadaan Kratonnya tidak sesuai ekspektasi saya. Di lingkungan kraton terdapat jalan raya untuk kendaraam bermotor lalu lalang, perkampungan warga, dan unsur Kratonnya hanya beberapa spot saja. Agak kecewa sih, tapi ndak apa-apa. Karena sebenarnya, yang paling seru ketika ke Kraton ini adalah ketika saya diperjalanan kaki tadi. Saya menemukan beberapa kejadian unik di jalan.  Ketika jalan salah rute tanjakan, saya bertanya ke salah seorang anak kecil, mengenai letak Kraton. Ia bilang, “Kak, kita(baca: Anda) salah jalan, yang jalanan menanjak sebelah sana, bukan ini”. Duh, malunya minta ampun, sudah pasang muka sok-sok kuat lagi. Untuk mengurangi rasa malu, saya bilang “Oh iya,makasih dik, saya juga mau ke atas juga kok,bagus pemandangannya kayaknya”. Saya bertanya ini ketika sekitar 10 meter lagi sampai di atas, saya bertanya ke anak kecil ini pun sebenarnya untuk formalitas pemastian saja, karena saya yakin rute yang saya ambil ini benar. Pembelajaran: jangan pernah sombong, dan sok tahu,,he…
Kejadian lainnya adalah, jauh-jauh ke daerah pulau, malah ketemu pedagan es kelapa muda asli Pulau Lombok (kampung halaman saya). Dan memang pedagangnya juga asli suku Sasak (suku asli Pulau Lombok). Kami ngobrol-ngorol, dan dari mereka saya ketahui ternyata cukup banyak orang Lombok yang mendiami Bau-Bau ini. Dan tidak lupa, kami pun berfoto.
Selama perjalanan saya ini, mulai tiba pelabuhan semalam,sampai paginya ketika di pelabuhan, dan menuju Kratonnya, tidak lepas dari panggilan sayang, “Mas,ojek??” Setiap berjalan kaki sekitar 10 meter pasti bakal disapa mereka. Katanya she murah, tapi tetap saja tidak seru berjalan dengan ojek, aplagi kota ini begitu luas.
Sorenya, saya dihubungi oleh kerabat saya yang ada di Bau-Bau, dan saya diajak berenang. Kami pun berenang di salah satu hotel yang terbilang mewah di kota ini. Hingga maghrib menjelang, kami pun berkemas-kemas, dan persiapan untuk mengantar saya ke pelabuhan. Sesampainya di pelabuhan, ternyata kapal kami delayed. Tidak main-main penundaannya, molor sekitar 10 jam!!! Akhirnya saya menjelajah Bau-Bau lagi malam harinya. Ada untungnya memang kapal saya terlambat berlabuh, bisa menikmati malam minggu di kota ini. Saya di ajak nongkrong di Kraton, dsini hanya kami berdua pasangan laki-laki, yang lainnya menggandeng pacar masing-masing. Tapi cuek aja, pemandangannya keren, cuacanya bagus. Jadi malas pikirin orang sekitar.
Dan akhirnya waktu menunjukkan pukul tiga pagi, saya di antar menuju pelabuhan. Saya cepat-cepat mengambil tempat dan menggelar sleeping bag, dan akhirnya berlabuh, ditemani kencangnya angin lautan dan cerita petualangan baru, di kota Bau-Bau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar