12 September 2012

Cakaran KoasAbalAbal

Udah lama ngga posting tulisan lagi. Uda bosen pantengin harga tiket promo (karena uda dapat destinasi yang pengen dituju), tongkrongin timeline tweetdeck beritanya itu-itu aja, ikutin sayembara kalah mulu, cari bahan tugas lebih ngebosenin lagi. Jadi coba kembali lagi ngutak-atik blog ini,heeee. Tiba-tiba aku teringat saran dari Tia, yang diem-diem ngeliatin hobiku ini. Menurutnya, aku punya bakat untuk menulis, padahal dari kecil aku bermasalah banget sama yang namanya nulis. Tulisan uda jelek, ancur, ngga ada rapi-rapinya, malah sering banget aku ngga bisa baca tulisan sendiri. Bicara tentang tulisan, waktu SD aku pernah lupa nulis nama di buku tulis yang aku kumpulin ke guru. waktu dibagiin, ketua kelas kami kesulitan mencari pemilik buku yang dia pegang, setelah membuka dan melihat tulisan di dalam buku itu dia langsung tahu kalau aku lah pemiliknya, ya! Hanya dari tulisannya saja dia bisa tahu. Saat ujian mata kuliah Bahasa Indonesia, aku pernah ditahan oleh dosen untuk membacakan jawaban ujian yang aku tulis, karena ia tahu kalau tulisanku sangat abstrak. Bahkan beliau pernah mengatakan tulisanku seperti kangkung . Beliau tahu kalau tanah kelahiranku Pulau Lombok, dan Pulau Lombok terkenal dengan kangkungnya yang gede-gede. Yang lebih membuat aku merasa semakin “hebat” lagi adalah, ternyata dengan profesiku yang kini sebagai dokter muda (baca:KoAss), tulisan berseni aku itu tidak diterima. Setahuku waktu masih kecil, kalau tulisan jelek itu disambung-sambungin dengan profesi dokter. Hmm.. ternyata profesiku sendiri menolak tulisanku ini,lantaran keterlaluan jeleknya. Memang tulisanku jelek, tapi aku merasa itulah identitas diri aku. Kalau tulisan rapi, bukan cakaran koasabalabal namanya.