Udah
lama ngga posting tulisan lagi. Uda bosen pantengin harga tiket promo (karena
uda dapat destinasi yang pengen dituju), tongkrongin timeline tweetdeck beritanya itu-itu aja, ikutin sayembara kalah mulu,
cari bahan tugas lebih ngebosenin lagi. Jadi coba kembali lagi ngutak-atik blog
ini,heeee. Tiba-tiba aku teringat saran dari Tia, yang diem-diem ngeliatin
hobiku ini. Menurutnya, aku punya bakat untuk menulis, padahal dari kecil aku
bermasalah banget sama yang namanya nulis. Tulisan uda jelek, ancur, ngga ada
rapi-rapinya, malah sering banget aku ngga bisa baca tulisan sendiri. Bicara
tentang tulisan, waktu SD aku pernah lupa nulis nama di buku tulis yang aku
kumpulin ke guru. waktu dibagiin, ketua kelas kami kesulitan mencari pemilik
buku yang dia pegang, setelah membuka dan melihat tulisan di dalam buku itu dia
langsung tahu kalau aku lah pemiliknya, ya! Hanya dari tulisannya saja dia bisa
tahu. Saat ujian mata kuliah Bahasa Indonesia, aku pernah ditahan oleh dosen
untuk membacakan jawaban ujian yang aku tulis, karena ia tahu kalau tulisanku
sangat abstrak. Bahkan beliau pernah mengatakan tulisanku seperti kangkung .
Beliau tahu kalau tanah kelahiranku Pulau Lombok, dan Pulau Lombok terkenal
dengan kangkungnya yang gede-gede.
Yang lebih membuat aku merasa semakin “hebat” lagi adalah, ternyata dengan
profesiku yang kini sebagai dokter muda (baca:KoAss), tulisan berseni aku itu
tidak diterima. Setahuku waktu masih kecil, kalau tulisan jelek itu
disambung-sambungin dengan profesi dokter. Hmm.. ternyata profesiku sendiri
menolak tulisanku ini,lantaran keterlaluan jeleknya. Memang tulisanku jelek,
tapi aku merasa itulah identitas diri aku. Kalau tulisan rapi, bukan cakaran
koasabalabal namanya.